APART "MIDTOWN" SUMMARECON SERPONG

http://youtu.be/22Qnyqenj88

Selasa, 16 September 2014

Serius, Kontraktor Nasional Bakal Tersingkir di tingkat ASEAN!


JAKARTA, KOMPAS.com - Masih rendahnya kualitas dan terbatasnya kemampuan kontraktor Indonesia, memicu kekhawatiran pasar konstruksi Nasional akan dikuasai kontraktor asing saat AFTA 2015 berlaku. 

"Ini masalah serius, kontraktor kita nggak bisa bersaing. Bakal tersingkir menghadapi pasar bebas di kawasan Asia Tenggara nanti, kalau budaya kerja jelek, kualitas pengerjaan rendah, dan kemampuan juga seadanya," papar Ketua Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia (HAKI), Dradjat Hoedajanto, kepada Kompas.com, usai proses penjurianIndocement Awards 2014 kategori "Contractor Award", Selasa (16/9/2014). 

Menurut dia, rendahnya daya saing kontraktor Nasional tak lepas dari etos kerja yang buruk yang secara langsung memengaruhi kualitas kerja. Selain itu, budaya "orientasi proyek" masih mengurat akar. 

"Yang ada dalam pikiran mereka, terutama kontraktor BUMN adalah orientasi proyek. Bagaimana hitung-hitungan untung-rugi. Bukan bagaimana menghasilkan karya konstruksi yang berkualitas, inovatif, kreatif dan mau mengembangkan teknologi konstruksi," ujar Dradjat.

AFTA 2015, kata Dradjat, sudah di depan mata. Seharusnya, kontraktor Nasional sudah mulai mempersiapkan diri, membekali dengan peningkatan administrasi, kualitas sumber daya manusia, penguasaan teknologi konstruksi, dan menguatkan konstruksi finansial.

"Faktor terakhir itu mestinya menjadi domain pemerintah. Sebab, di negara maju, kontraktor BUMN mendapat injeksi dana dari pemerintah, sementara kontraktor swasta mendapat dana dari bank dengan bunga rendah 1 sampai 2 persen per tahun. Kontraktor Indonesia? Ke laut aja. Bunga bank saja 10 sampai 12 persen per tahun. Ini bagaimana mau bersaing," ucap Dradjat.

Negara berkembang macam Indonesia, lanjut dia, mau tidak mau harus menciptakan inovasi di berbagai segi supaya dapat menghasilkan pekerjaan konstruksi yang efektif dan efisien. Indonesia juga harus mau belajar dari pasar konstruksi negara lain yang sudha lebih dulu maju. 

"Pasalnya, kue pasar konstruksi Nasional sangat besar. Back log rumah itu sudah belasan juta unit, belum lagi proyek percepatan infrastruktur. Sangat disayangkan, kue yang besar itu dikuasai kontraktor asing sementara kita hanya jadi penonton. Itu hanya karena tidaksiapa kita," tandas Dradjat.

Untuk diketahui, menurut data BCI Asia, pasar konstruksi Nasional tahun ini diprediksi senilai Rp 604 triliun. Komposisinya yakni sektor gedung Rp 286 triliun, dan sektor sipil Rp 318 triliun. Dalam tiga tahun terakhir tren pertumbuhan pasar konstruksi Nasional terus meningkat. Tahun 2012 pertumbuhannya sekitar 25 persen dibanding tahun sebelumnya. Tahun 2013 sekitar 32 persen pertumbuhannya, dan tahun ini tumbuh menjadi 45 persen.

0 komentar:

Posting Komentar